Ceritaku Sembuh Dari Kanker Otak
.jpg?format=webp)
Purbalingga - Sebuah mukjizat saya rasakan pribadi Deri Waluyo (32), saya penderita kanker otak stadium 4. profesi saya adalah penjual cilok keliling sembuh setelah berjuang melawan kanker dengan ikhlas dan pasrah.
Riswati istri saya mengaku bersyukur telah sembuh dan mengimbau kepada keluarga penderita kanker agar terus memberikan semangat, karena hal itu sebagai obat mujarab.
"Saya cuma ingin, penderita kanker jangan menyerah. Kalau terus berjuang penyakit bakal kalah. Kalau ada saudara kena kanker mohon disemangati maksimal mungkin," kata Deri Waluyo saat memberikan testimoni di acara seminar bisnis HNI bersama Bapak Haji Rofik Hananto di Perumahan Griya Prima Asri Karang Sentul Purbalingga, Kamis (20/12/2018).
Saya ingin bercerita penyakit yang awalnya tidak pernah disadari ini saat menjalani perawatan kecelakaan terserempet angkot di Jakarta 2007 lalu. Saat itu, Saya masih SMP kelas 8 ini awalnya hanya divonis lemah otak dan mendapat perawatan selama seminggu.
Saat diobservasi lanjutan ditemukan benjolan di otak kiri yakni kanker otak stadium 4. "Saat itu dokter bilang bisa disembuhkan dengan kemoterapi dan operasi. Semua persiapan sudah dilakukan, tapi menjelang operasi saya kejang dan semua persiapan hancur. Kondisi saya terus menurun hingga berat badan 20 Kg," saat itu saya menitikkan air mata.
Meski kondisinya terus menurun, saat itu Saya merasa tidak punya gairah hidup dan ingin mati dan orang tua saya selalu memberi support. "Saat itu dengan kondaaisi tubuh yang lemas dan rambut sudah rontok, beraktifitas seperti biasa. Setelah itu, saya semakin lemah dan tidak bisa konsentrasi untuk belajar," imbuh Deri Waluyo.
Masuk usia SMK saya mulai berusaha menghilangkan pikiran saya tentang kanker.Saya berusaha semangat dan kuat menghadapi ini, tetapi tubuh saya semakin lemah dan sering kejang dan pingsan.
Guru dan teman-temanku panik lalu membawa saya kerumah sakit RSUD Koja Jakarta Utara.Pihak sekolah pun mengabari kondisi saya ke orang tua dan langsung menuju rumah sakit. Saat itu saya tidak tahu mendapat bisikan ajakan untuk ikut bersama kaka saya yang sudah meninggal di tahun 2006, "Dede temenin Kaka disini Kaka rindu ayuk sini dek" yang saya dengar saat saya koma 21 hari.
Setelah itu saya sadar karena mendengar tangisan ibu saya, lalu dokter melakukan oprasi pembedahan kepala saya yang ke dua.Setelah 38 hari di rumah sakit saya pun pulang ke rumah, seminggu kemudian kembali ke sekolah seperti biasa sampai lulus SMK.
Saya pun bekerja sambil kuliah dengan normal, di semester 3 saya mengalami kecelakaan kerja, jatuh dari BTS (Build Tower Satellite) setinggi 60 m. Saya kembali dilarikan ke rumah sakit di daerah Kalimanta Selatan, disitu saya semakin hancur karena orang tua saya tidak mau datang untuk menunggu atau menjenguk saya.
Bertahun-tahun berlalu di akhir semester saya liburan pertama kali menginjakan kaki di Purbalingga. setelah Itu saya kembali ke Jakarta, di Dalam bus saya berkenalan dengan seorang wanita yang bernama Riswati,
Kemudian saya mengurus wisuda saya dalam keadaan saya sakit."Selama itu saya juga lakukan pengobatan alternatif saya minum semua obat, daun yang pahit untuk melawan penyakit saya dan ada perkembangan. Pada november 2017 sampe Januari 2018 kemarin saya sempat alami kejang dan pusing yang tidak tertahankan.
Pertengahan 2018 saya bertemu dengan sahabat yang bernama Nur Ahyati dan meperkenalkan dengan obat herbal Carnocap dari HNI. Setelah saya konsumsi dan rasakan pusing dan kejang sudah tidak ada lagi, dan saya merasa sudah sembuh. Saya katakan pada istri saya , saya CT scan di rumah sakit Margono Purwokerto, "Alhamdulilla bapak sudah terbebas dari penyakit kanker otak" ujar dokter spesialis kanker.
"Saat itu, saya shodaqoh, salat malam dan meminta pada yang maha kuasa. Setelah 1 tahun saya dinyatakan sembuh total. Dari situ saya percaya jika kita pasrah dan menyerahkan serta meminta kesembuhan pasti akan diberi oleh Allah," ungkapan saya sambil mengusap air matanya.