Tragedi Di Tengah Malam: Senderan Longsor Di Kampung Tempelsari, Warga Nyaris Tertimbun

Suasana malam yang semula tenang di Kampung Tempelsari, Kelurahan Mlipak, mendadak berubah mencekam saat suara gemuruh memecah kesunyian, Minggu (13/4) pukul 20.30 WIB. Sebuah senderan setinggi 4 meter dan panjang 8 meter di bagian belakang rumah milik John Anwar longsor secara tiba-tiba, menyapu sebagian bangunan dan nyaris menimbun penghuninya.
Kala itu, John Anwar bersama istri dan dua anaknya tengah berada di dalam rumah. Suara dentuman dari arah belakang rumah membuat mereka sontak bergegas menuju dapur. Betapa terkejutnya mereka saat mendapati tembok penahan tanah telah runtuh dan material longsoran menghantam dapur, sekaligus menutup gang antar rumah warga.
“Saya hanya bisa bersyukur kami selamat. Kalau lebih lama sedikit, mungkin ceritanya sudah berbeda,” ungkap John dengan nada penuh haru.
Tak berselang lama, sekitar pukul 21.30 WIB, petugas dari Polsek Wonosobo bersama tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonosobo tiba di lokasi. Dengan sigap, mereka melakukan pengecekan dan langkah awal mitigasi, dibantu oleh warga yang turut bergotong royong membersihkan area terdampak.
Kapolsek Wonosobo, AKP Sunaryono, menyampaikan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan di lapangan, longsor diduga disebabkan oleh pondasi senderan yang tidak cukup kokoh menahan tekanan tanah, terlebih setelah wilayah tersebut diguyur hujan deras.
“Ini menjadi peringatan serius bagi kita semua, terutama warga yang tinggal di wilayah rawan longsor. Struktur penahan tanah harus diperkuat, dan kewaspadaan harus selalu dijaga, terutama saat musim hujan,” tegas AKP Sunaryono.
Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Namun, kerugian material diperkirakan mencapai Rp60.000.000,- (enam puluh juta rupiah). BPBD mencatat lokasi tersebut sebagai salah satu titik rawan yang memerlukan penanganan lebih lanjut dari pihak terkait.
Kejadian ini kembali mengingatkan pentingnya antisipasi bencana alam, terutama di wilayah perbukitan dan padat permukiman. Sebab, dalam hitungan detik, ketenangan bisa berubah menjadi petaka.