Gropyok Tikus Massal Di Wonokerto: Kolaborasi Tni, Petani, Dan Pemerintah Wujudkan Ketahanan Pangan Wonosobo

Derap langkah puluhan warga berpadu dengan semangat gotong royong yang menggelora di pagi hari, Jumat (23/5), saat ratusan tikus diburu secara massal di area persawahan bengkok milik Desa Wonokerto, Kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo. Kegiatan bertajuk Gropyok Tikus Massal ini bukan sekadar aksi simbolik, tetapi bagian dari strategi serius untuk menjaga keberlangsungan produksi pertanian dan mendukung program swasembada pangan nasional.
Aksi ini melibatkan berbagai unsur, mulai dari Koramil 13/Leksono Kodim 0707/Wonosobo, Dinas Pertanian Kabupaten Wonosobo, Pemerintah Desa Wonokerto, Kelompok Tani Sri Rejeki, para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), hingga masyarakat desa. Turut hadir dalam kegiatan ini Serka Ramelan selaku Babinsa Wonokerto, Susi selaku Koordinator PPL Kecamatan Leksono, dan Roni, Kepala Dusun Wonokerto.
Satu Tujuan, Banyak Tangan: Menjaga Panen, Menjaga Negeri
Dalam keterangannya, Serka Ramelan menjelaskan bahwa TNI kini memegang amanah dari pemerintah untuk turut serta dalam upaya mencapai kemandirian pangan nasional. Salah satunya adalah dengan membantu para petani dalam mengatasi ancaman gagal panen akibat hama.
“Kami melihat langsung bagaimana para petani mengalami kerugian akibat serangan tikus. Hama ini sangat meresahkan karena menyerang secara masif, bahkan saat malam hari. Maka dari itu, kami bersama komponen masyarakat lainnya bersatu melakukan gropyok tikus secara menyeluruh,” ujar Serka Ramelan di sela kegiatan.
Ia menambahkan, pemberantasan hama tikus tidak bisa dilakukan secara individu, tetapi harus melalui sinergi yang kuat lintas sektor. Kolaborasi yang terjadi di Wonokerto, menurutnya, adalah contoh ideal dalam menjawab tantangan tersebut.
Gerakan Kolektif yang Berdampak Nyata
Gropyok tikus dilakukan dengan berbagai metode, mulai dari pengepungan sistematis sarang tikus di pematang sawah, penggunaan alat tradisional, hingga perangkap modern yang ramah lingkungan. Para petani tampak antusias, bekerja bahu-membahu tanpa mengenal lelah, mengingat hasil panen mereka bergantung pada keberhasilan aksi ini.
Susi, selaku Koordinator PPL Kecamatan Leksono, mengungkapkan bahwa gropyok tikus merupakan bagian dari program pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang saat ini menjadi fokus utama pendampingan dari Dinas Pertanian.
“Serangan tikus dapat menurunkan hasil panen hingga 50 persen jika tidak segera ditangani. Maka kegiatan seperti ini sangat penting. Kami mendukung penuh langkah bersama ini karena terbukti efektif dan memperkuat ketahanan pangan dari tingkat desa,” jelas Susi.
Harapan dari Akar Rumput
Roni, Kepala Dusun Wonokerto, mengaku bangga dengan partisipasi aktif warga dan perhatian besar dari pihak TNI serta Dinas Pertanian. Baginya, kegiatan ini bukan hanya soal pengendalian hama, tetapi juga tentang membangun kesadaran kolektif akan pentingnya kedaulatan pangan.
“Kami berharap aksi ini dapat menjadi agenda rutin. Tidak hanya ketika serangan tikus sudah parah, tetapi sebagai bentuk antisipasi sejak dini. Petani kami sangat terbantu dengan kehadiran semua pihak hari ini,” tutur Roni dengan penuh semangat.
Menuju Swasembada Pangan yang Berkelanjutan
Kegiatan gropyok tikus massal di Wonokerto menjadi contoh konkret bagaimana ketahanan pangan nasional dibangun dari desa, dari sawah-sawah yang dikelola dengan penuh dedikasi oleh petani-petani lokal. Kehadiran TNI dan pemerintah daerah memperkuat daya juang masyarakat dalam menghadapi tantangan pertanian yang makin kompleks.
Upaya ini bukan hanya menyelamatkan satu musim tanam, tetapi juga menjaga keberlangsungan hidup banyak keluarga petani yang menggantungkan harapan pada keberhasilan panen. Sinergi yang terjalin di Wonokerto adalah fondasi bagi mimpi besar: Indonesia yang berdaulat dan mandiri dalam pangan.