Pisowanan Agung 2025: Dua Abad Wonosobo Diteguhkan Lewat Spirit Budaya, Kolaborasi, Dan Cinta Tanah Leluhur

Headline News — Dua abad perjalanan Kabupaten Wonosobo diperingati secara istimewa melalui gelaran Pisonawan Agung, yang menjadi puncak acara Hari Jadi ke-200. Peristiwa budaya yang sarat spiritualitas ini membuktikan bahwa Wonosobo tidak hanya merayakan usia, melainkan juga meneguhkan identitas, menyatukan kekuatan kolektif, dan melangkah menuju masa depan dengan kesadaran budaya yang kuat.
Acara yang digelar secara megah dan menyentuh ini dipusatkan di kawasan pusat kota Wonosobo dan sejumlah titik warisan budaya, dengan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat. Kegiatan berlangsung khidmat, meriah, dan tertib, menjadi refleksi nyata semangat gotong royong masyarakat Wonosobo yang berakar dalam filosofi Jawa: “kukuh ing tembayatan, unggul ing samukawis, tumuju Wonosobo Raharjo: adil lan makmur”.
Bupati Afif Nurhidayat: “Hari Jadi ke-200 adalah Momentum Strategis, Bukan Seremonial”
Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, dalam pernyataan resminya menyampaikan bahwa Hari Jadi ke-200 bukan sekadar ajang pesta tahunan, tetapi merupakan titik balik yang sangat strategis untuk menguatkan jati diri daerah, mempererat kolaborasi lintas sektor, serta menumbuhkan kesadaran sejarah dan budaya bagi generasi muda (24/7/2025)
“Hari ini kita tidak hanya merayakan ulang tahun, tetapi merefleksikan perjalanan panjang yang telah dilalui oleh para leluhur kita. Semangat gotong royong, kesadaran spiritual, dan penghormatan terhadap warisan budaya adalah modal utama kita melangkah menuju Wonosobo yang lebih maju dan bermartabat,” tegas Bupati Afif.
Ia juga menambahkan, keberhasilan acara ini adalah cerminan sinergi luar biasa antara pemerintah daerah, tokoh masyarakat, budayawan, pelaku seni, komunitas, hingga kalangan pendidikan dan pariwisata.
Terjun Payung Spektakuler: Kolaborasi TNI AU dan Pemkab Wonosobo Menembus Langit Merah Putih
Salah satu sorotan yang paling menyita perhatian publik adalah atraksi terjun payung dari TNI Angkatan Udara. Puluhan penerjun profesional menghiasi langit Wonosobo dengan membawa bendera Merah Putih, lambang daerah, dan logo TNI AU. Aksi heroik ini menjadi simbol kolaborasi dan dukungan nasional terhadap kemajuan pariwisata dan budaya Wonosobo.
“Ini bukan hanya aksi akrobatik, tapi pesan kuat bahwa Wonosobo kini diperhitungkan secara nasional. Semangat patriotisme dan keindahan budaya kita tampak nyata di langit,” ungkap Bupati Afif, yang menyatakan keinginannya agar atraksi ini menjadi agenda tahunan tetap.
Agus Wibowo: “Budaya dan Wisata Tak Lagi Bisa Dipisahkan”
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, Agus Wibowo, turut memberikan apresiasi terhadap seluruh rangkaian acara. Ia menyebut Pisonawan Agung sebagai bentuk konkret dari penyatuan nilai budaya dan promosi pariwisata berbasis kearifan lokal.
“Budaya bukan hanya dilestarikan, tapi juga dikembangkan. Pisonawan Agung menjadi wajah baru pariwisata Wonosobo yang bukan hanya eksotis secara visual, tetapi menyentuh rasa, spiritual, dan identitas. Ini kekuatan yang tidak dimiliki semua daerah,” tegasnya.
Cukur Rambut Gembel: Warisan Leluhur yang Dihidupkan dalam Tetes Air Mata Bahagia
Tradisi cukur rambut gembel kembali digelar sebagai bagian dari prosesi sakral masyarakat Dieng. Ritual ini menandai pembersihan batin dan pelepasan ‘beban gaib’ pada anak-anak berambut gimbal, yang dipercaya sebagai anak titipan dari alam supranatural.
“Saya berasal dari keluarga yang memiliki garis rambut gimbal. Tradisi ini sangat dekat di hati saya. Anak-anak tadi bahagia, tidak ada yang menangis. Artinya, mereka siap melepas beban dan menjalani hidup baru. Ini bukan sekadar potong rambut, tapi bagian dari spiritualitas masyarakat Dieng,” ucap Bupati Afif.
Larung Sesaji di Telaga Menjer: Spirit Air dan Pemujaan pada Alam
Pemilihan Telaga Menjer sebagai lokasi larung sesaji dinilai sangat tepat. Selain memiliki daya tarik keindahan alam, Menjer kini menjadi bagian dari program strategis Diang Baru yang dikembangkan Pemerintah Kabupaten Wonosobo untuk mendorong pertumbuhan ekowisata dan wisata spiritual di wilayah selatan.
“Menjer adalah bagian dari napas baru pariwisata Wonosobo. Larung ini bukan sekadar ritual simbolik, tapi bentuk penghormatan kepada alam dan pengingat bahwa hidup harus seimbang antara spiritualitas dan pelestarian,” terang Agus Wibowo.
Tanam Pohon Buah: Investasi Hijau Menuju Generasi Mendatang
Di sela-sela prosesi budaya, masyarakat bersama jajaran pemerintah, TNI-Polri, pelajar, tokoh agama, seniman, dan komunitas lokal melakukan penanaman pohon buah keras seperti durian musangking, alpukat miki, dan blackthong. Gerakan ini merupakan bentuk antisipasi terhadap degradasi lingkungan dan upaya pemulihan daerah rawan longsor.
“Wonosobo diberkahi air, tapi kalau tidak kita tanami, akan habis. Menanam adalah bentuk rasa syukur. Dan pohon buah ini akan menjadi warisan produktif untuk generasi berikutnya,” ujar Bupati Afif.
Agus Wibowo menambahkan bahwa gerakan tanam pohon ini akan dikembangkan sebagai ekowisata edukatif di masa mendatang.
“Kami siapkan kawasan ini sebagai ‘green destination’ yang menggabungkan keindahan alam, kearifan lokal, dan edukasi lingkungan,” tuturnya.
Dua Abad, Satu Semangat: Dari Wonosobo untuk Negeri
Acara Pisonawan Agung 2025 ditutup dengan penuh kemegahan dan kekhidmatan. Doa-doa bersama, pementasan seni rakyat, serta kirab budaya lintas kecamatan menandai berakhirnya prosesi sakral dua abad Kabupaten Wonosobo.
Bupati Afif Nurhidayat mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan momentum ini sebagai komitmen bersama menatap masa depan yang lebih cerah.
“Dari Wonosobo, kita wariskan semangat cinta budaya. Dari Wonosobo, kita perkuat kolaborasi. Dan dari Wonosobo, kita buktikan bahwa kearifan lokal adalah fondasi bagi kemajuan nasional. Selamat Hari Jadi ke-200, Wonosobo! Kita siap melangkah menuju abad ketiga dengan langkah yang lebih kuat dan bersatu,” pungkasnya.