Kisah Raden Pemanah Rasa Memeluk Islam

Kisah Raden Pemanah Rasa Memeluk Islam
26-Jul-2025 | sorotnuswantoro Nusantara

Sementara kisah Prabu Siliwangi saat beliau hendak menyerang Pesantren yang di pimpin seorang ulama yang fasih Al Qur'an yaitu Syekh Quro atas perintah ayahandanya Prabu Anggalarang.

Syekh Quro adalah seorang ulama yang menghafal Alquran atau hafidz. Beliau juga dikenal sebagai ulama yang ramah, penyebar agama Islam di Tanah Sunda yang baik.

Namun, syiar agama Islam yang dilakukan Syekh Quro ditentang oleh penguasa Pakuan Pajajaran waktu itu, yaitu Prabu Anggalarang, ayah Raden Pamanah Rasa. Utusan sudah diperintahkan untuk mengusir Syekh Quro, tapi menemui kegagalan.

Bahkan, seorang tokoh yang disegani, Ki Gedeng Tapa justru menitipkan putrinya untuk dididik oleh Syekh Quro agar menjadi wanita yang salehah. Putri Ki Gedeng Tapa lantas dibawa ke Negeri Champa di mana Syekh Quro dibesarkan di sana.

Putri Ki Gedeng Tapa bernama Dewi Subang Larang. Saat tiba di Pakuan Pajajaran, mereka lantas mendirikan tempat ibadah di Karawang dan kembali memperjuangkan syiar agama Islam.

Lagi-lagi Prabu Anggalarang menentangnya karena ulama tersebut berhasil mempengaruhi rakyat Pakuan Pajajaran yang beragama Hindu untuk masuk Islam. Lantas diutuslah putra sang prabu sendiri yang bernama Raden Pamanah Rasa.

Raden Pamanah Rasa inilah yang kelak bergelar Prabu Siliwangi. Dia diminta ayahnya, Prabu Anggalarang untuk menghancurkan Syekh Quro, pengikut dan ajarannya.

Namun tanpa diduga, Pangeran Pamanah Rasa terpikat dengan suara lantunan ayat suci Alquran yang dibacakan Dewi Subang Larang. Dadanya bergetar mengagumi keindahan ayat suci Alquran.

Lantunan itu berbunyi, “la ilaha illallah” yang berarti tidak ada Tuhan kecuali Allah. Sang pangeran pun mengurungkan niatnya mengusir Syekh Quro dan justru ingin menemui seorang wanita yang melantukan ayat suci Alquran tersebut.

Prabu Pamanah Rasa kemudian berniat meminang wanita yang diketahui santri Syekh Quro bernama Dewi Subang Larang itu. Putri Ki Gedeng Tapa itu mau diajak menikah Raden Pamanah Rasa dengan dua syarat, yaitu mahar lintang kerti jejer seratus dan kelak anak-anaknya yang lahir dijadikan raja.

Lintang Kerti Jejer Seratus adalah pusaka yang diminta Dewi Subang Larang sebagai syarat jika Pangeran Pamanah Rasa atau Prabu Siliwangi hendak menikahinya. Ini sejarah yang terjadi pada zaman Kerajaan Sunda Galuh atau Pakuan Pajajaran Pasundan sekitar abad ke-15.

Lintang Kerti Jejer Seratus bukanlah pusaka berupa keris, kujang, tombak atau senjata lainnya pada zaman kerajaan. Pusaka itu merupakan pasemon, perumpaan dari tasbih yang berisi seratus biji.

Artinya adalah sebuah perhiasan yang harus dipahami oleh hati, jiwa dan pikirannya. Jika hal itu dapat dia wujudkan melalui hati dan jiwanya, maka Nyai Subang Larang akan menerima lamaran Prabu Siliwangi yang saat itu masih seorang pangeran Pemanah Rasa.

Nyai Subang Larang adalah anak Ki Gedeng Tapa yang waktu itu dititipkan kepada seorang ulama penyebar agama Islam di Tanah Sunda bernama Syekh Quro. Dewi Subang Larang menjadi santrinya beliau yang datang dari negeri Champa.

Arti dan makna sesungguhnya Lintang Kerti Jejer Seratus adalah tasbih di mana Prabu Siliwangi harus memeluk agama Islam jika ingin menikahi Dewi Subang Larang. Karena pada waktu itu, Raden Pemanah Rasa yang beragama Hindu berniat menggagalkan penyebaran agama Rasul di Tanah Sunda atas perintah ayahnya, Prabu Anggalarang.

Namun, Prabu Siliwangi terketuk hatinya setelah mendengar kalimat tahlil berbunyi “La ilaha illallah” yang dilantunkan Nyai Subang Larang, serta berniat menikahinya.

Tapi syaratnya dia harus masuk agama Islam yang disimbolkan dengan pusaka atau perhiasan Lintang Kerti Jejer Seratus yang tak lain adalah tasbih sebagai sarana untuk berdzikir, mengingat Allah.

Syarat itu dipenuhi oleh Prabu Siliwangi. Hal itu yang lantas membuat sang prabu memeluk ajaran Rasulullah Muhammad SAW, yaitu Islam.

Selain Lintang Kerti Jejer Seratus, Dewi Subang Larang juga memberikan syarat yang kedua, yaitu kelak anak-anaknya harus dijadikan sebagai raja.

Syarat itu juga dipenuhi. Dari Nyai Subang Larang, Prabu Siliwangi punya anak yang namanya tersohor dan legendaris itu.

Pertama, Pangeran Walangsungsang atau Cakrabuana yang kemudian pergi ke Cirebon untuk memperdalam agama Islam di sana. Beliau juga menyebarkan agama dan mendirikan kerajaan di sana.

Kedua adalah Rara Santang. Dari putri sang prabu ini lahirnya Sunan Gunung Jati yang merupakan satu di antara anggota Dewan Wali Sangha atau Walisongo. Jadi Sunan Gunung Jati adalah cucu Prabu Siliwangi.

Ketiga adalah Raden Kian Santang yang dikenal sakti mandraguna. Beliau dikenal juga sebagai Prabu Sangara atau Syekh Sunan Rohmat Suci.

Melalui sarana pusaka Lintang Kerti Jejer Seratus sebagai syarat dari Nyai Subang Larang itulah, agama Rasulullah Muhammad SAW menyebar pesat di Tanah Pakuan Pajajaran Pasundan.

Syarat itu diterima Prabu Pamanah Rasa! Mereka akhirnya menikah dan diberikan keturunan yang namanya tersohor di seluruh penjuru dunia, yaitu Raden Walangsungsang, Nyi Rara Santang dan Raja sangara yang dikenal dengan Kian Santang!

Setelah naik tahta menjadi raja, Raden Pamanah Rasa dikenal dengan gelaran Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja. Ketiga anaknya itu semuanya memeluk agama Islam seperti ibundanya, Nyai Subang Larang.

Tags