kisah Kyai Muhyidin Mengislamkan Garong Di Desa Kesamen Kaligondang

Kisahnya terjadi pada tahun 1970 bermula dari kyai Muhyidin dan anaknya yang bernama khamim yang berjualan ikan gurameh dengan di pikul, rute jualanya melintasi Desa Kesamen Kecamatan Kaligondang Purbalingga. Tiba tiba ada seorang yang memanggil untuk membeli dagangannya, memborong ikan gurameh 300 ekor tanpa di tawar.
Pembelinya bernama Wirya Anom bliau mengungkapkan, "saya bayar besok ya kalo melewati rumah saya lagi mampir dan akan saya bayar". ungkapnya
Kyai Muhyidin khusnudon dan mempercayai pelanggan barunya. Dalam perjalanan pulang Kyai Muhyidin bertemu dengan rekanya dan menanyakan tumben jam segini sudah pulang, kyai Muhyidin menjawab, "dagangannya baru di beli oleh Wirya Anom".ucapnya
Rekanya menjawab Wirya Anom itu garong yang sadis dan terkenal sakti mandraguna, tidak bakal di bayar kyai, hati hati nanti bisa di bunuh Loch.
Dengan santai kyai Muhyidin menyampaikan insyalloh dengan saya tidak, karna baik dan buruknya seseorang itu yang memperjalankan Alloh.
Keesokan hari kyai Muhyidin dan putrnya datang kembali kerumah pelanggan barunya namun sampai rumahnya Wirya Anom tidak memberikan sambutan baik, malah di tinggal tiduran, namun kyai Muhyidin ke belakang bertemu dengan istrinya dan menyampaikan, "kalau mau nagih saya tidak punya uang". Ungkapnya
Dengan santai kyai Muhyidin menjawab, "saya tidak nagih hanya ingin numpang sholat".ucapnya
Jawaban tersebut terdengar oleh Wirya Anom dan langsung menyambutnya dengan baik, setelah selesai sholat Wirya Anom mengajak diskusi kyai Muhyidin dan menyampaikan, "baru kali ini ada orang baik yang datang ketempatku, semua orang tidak ada yang menilaiku baik mereka menilaiku adalah orang jahat dan sadis". Ungkap Wirya Anom
Hingga Wirya Anom mencurahkan semua tentang keburukan dan tingkah lakunya (pengakuan dosa) dan kyai Muhyidin memberikan wejangan yang menyadarkan Wirya Anom, hingga akhirnya Wirya Anom takluk dan taubat hingga membaca kedua kalimat syahadat dan masuk islam.
Ahirnya Daganganya di bayar, di sambut dengan baik dan Wirya Anom menjadi santrinya kyai Muhyidin. red